Sobat bloger semua,, banyak tugas tugas sering kita dapatkan pada saat kuliah, dari pengalaman admin sendiri sering menjumpai tugas tugas dari dosen makanya pada kesempatan ini admin mencoba berbagi tentang MAKALAH TENTANG PRINSIP, METODE DAN APLIKASI KARATERISTIK SAINS, untuk sobat bloger atau sobat yang hanya ingin kopi materi di bawah ini,.. langsung saja baca atau kopi.. tidak usah malu malu.. hhaaha
TUGAS
MATA KULIAH FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT
INTEGRASI
TENTANG
PRINSIP, METODE DAN
APLIKASI KARATERISTIK SAINS
Disusun Oleh
R U S D I N
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
kajian akademis, pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia
sebagai media efektif yang telah teruji mampu mengantarkan dan menyiapkan
generasi insani yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor. 20
tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan peruses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Hakikatnya
pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu,
pendidikan harus dilakukan sejak usia dini melalui program pendidikan anak usia
dini (paud) sampai lanjut usia (lansia). Secara spesifik paud yaitu rentang
usia 0-6 tahun menjadi phenomena sangat penting, sejak dipublikasikannya
hasil-hasil riset mutakhir di bidang dan psikologi, mendeskripsikan
bahwa potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada
rentang usia dini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering
disebut usia emas.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana konsep dasar pengembangan pembelajaran sains?
2.
Apa tujuan pengembangan pembelajaran sains?
3.
Apa prinsip pengembangan pembelajaran sains?
4.
Apa prinsip-prinsip dasar pengembangan sains pada anak pra sekolah?
5.
Bagaimana pengembagan daya pikir dan kreatifitas melalui sains?
6.
Bagaimana strategi dan metodologi pengembagan sains?
7.
Bagaimana mengembangkan tema/ materi sains?
8.
Bagaimana menyusun alat dan media pembelajaran dengan bermain dan bernyanyi?
9.
Bagaimana memanfaatkan lingkungan, serta implikasinya dalam merancang persiapan?
10. Bagaimana melaksanakan pembelajaran sains?
11. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar sains?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep dasar pengembangan pembelajaran sains
Dari
sudut bahasa, sains atau science (bahasa inggris), berasal dari bahasa
latin, yaitu ari kata scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut
terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, itu perlu dimunculkan kajian
etimologi kajian lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat
tentang sains yaitu dari bahasa jerman, hal itu dengan merujuk pada kata wisseschaft,
yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara
sistematis.
Secara
konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh
para ahli. Amien (2002), mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah,
dengan ruang lingkup zat dan energy, baik yang terdapat pada makhluk hidup
maupun tak hidup, lebih banya mendiskusikan tentang alam (natural science)
seperti fisika, kimia dan biologi. Sedangkan James Conant dalam Holton dan
Roler(2000), mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema
konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil
serangkaian perubahan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih
lanjut.
Senada
dengan Conant, Fisher (2003) mengartikan sains sebagai suatu kumpulan
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan
pada pengamatan dengan penuh ketelitian.
Kaitannya
dengan program program pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan
menjadi tiga sustansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang
menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program
yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Pertama,
sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan.
Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal
dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua,
sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum
dan teori (Carin dan Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu
sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai
keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan
khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap
tersebut adalah rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin,
tekun, juju, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).
Dari
uraian diatas akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya
berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung
nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta
dimiliki oleh setiap individu di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya
nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat
diberikan sejak usia anak masih dini.
B.
Tujuan pengembangan pembelajaran sains
Beberapa
tahun terahir ini hasil belajar sains menunjukan hasil yang kurang memuaskan.
Menurut hasil penelitian trend in
internasional mathematicsand science study ( TIMS ), kemampuan dan daya
tangkap anak Indonesia pada tahun 2004 berada pada tingkat ke-34 dari 38
negara. Sedangkan pada kompetensi internasional
junior science Olympiade ( IJSO )tahun 2006 indonesia berada pada tingkat
ke 4 di bawah Korea selatan,Taiwan, dan Rusia. Hal ini menunjujkan bahwa
penyadaran sains pada generasi penerus di lakukan melalui usia dini hinga
dewasa. Karena pada 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan pada manusia
sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapat
rangsangan yang maksimal,maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara obtimal.secara
keseluruhan sampai usia 8 tahun.
Pemerintah
telah berupaya melakukan pembenahan dalam rangka meningkatkan hasil belajar
dalam usia dini. Guna meninjau karakteristik sains yang merupakan proses,di
fokuskan pada bermain sambil belajar di taman anak-anak unutk menumbuhkan
kemampuan berpikir,di harapkan siswa memperoleh pengalaman belajrar yang
menyenangkan, sehinga kemampuan kognisinya berkebang khususnya kemampuan
berpikir kritis dan kreatif sehinga dapat memperoleh belajarnya, dapat
menemukan alternative pemecahan masalah,membantu pengembagkan kemampuan
logika,dan mengelompokan serta mempersiapkan kemampuan berfikir logis
bembeljaran sains belajar sambil belajar
Dari (
Mc Dermott,et al 1996 ).hasil penelitian wiyanto ( 2003 ) menunjukan bahwa penerapan
pendekatan berhasil meningkatkan hasil minat. Di samping itu dapat mengembagkan
kemampuan ilmiah, seperti penjelasan memprediksi merancang dan mempercoba
mengumpulkan data,menganalisis data,
C.
Prinsip pengembangan pembelajaran sains
Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa
ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa termasuk orang tua dan
tenaga pendidik di dalamnya yang berfungsi sebagai guru anak. Anak dapat
belajar apa saja asal tidak dipaksakan termasuk belajar sains sejak dini.
Belajar sains sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dengan melibatkan
lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Anak akan belajar bereksperimen,
bereksplorasi dan menginvestigasi lingkungan sekitarnya sehingga anak mampu
membangun suatu pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.
Teori konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan
dibangun secara aktif oleh anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan
lingkungannya. Anak yang banyak bersentuhan dengan alam akan lebih baik
memaknai dunia mereka sehingga anak perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi
dengan lingkungan mereka yang akan membuat mereka secara aktif terus menerus
mendapatkan pengetahuan. Pada pendidikan sains untuk anak usia dini, anak akan
bermain berdasarkan kebebasan dan rasa ingin tahunya yang dianggap sebagai
kesempatan bagi anak untuk membangun pengetahuannya tentang dunia mereka.
Sains untuk anak usia dini berdasarkan keingintahuan dari
dalam dirinya dan kegiatan sains bukan hanya mengajak anak untuk melakukan
pengamatan saja, tetapi juga dapat mengajak anak untuk mempelajari keaksaraan,
hitungan, seni, musik, dan gerakan. Dari pandangan konstruktivis, sains untuk
anak usia dini harus mengajak anak bermain dan mengeksplorasi lingkungannya. Di
dalam bermain, ketika anak mengeksplorasi dan bereksperimen maka anak akan
mendapatkan pemahaman baik dari keterampilan proses dan juga konsep sains,
bukan hanya sekedar berfokus pada hasil akhir dari suatu jawaban yang benar.
Kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang, banyaknya
bahan-bahan yang dapat dimanipulasi anak dan tersedianya waktu untuk bertanya
dan melakukan refleksi sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan
menciptakan kemampuan memecahkan masalah bagi anak.
Di Kelompok Bermain, kemampuan tenaga pendidik untuk
mendesain kegiatan pengenalan sains sesuai dengan kebutuhan dan minat anak
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sains termasuk menerapkan metode
pembelajaran yang beragam untuk pembelajaran sains dengan memanfaatkan
sumber-sumber sains di lingkungan masing-masing.
Tenaga pendidik harus mendukung dan memfasilitasi anak
berlaku seperti ilmuan ”scientist”
cilik tanpa mengintervensi atau membawa eksplorasi dan eksperimen mereka pada
hasil yang belum matang. Mereka perlu menyediakan lingkungan pembelajaran
dengan bahan-bahan yang sesuai sehingga anak terdorong untuk menyalurkan rasa
ingin tahunya dalam bentuk eksperimen-eksperimen karena tenaga pendidik
merupakan katalisator yang dapat menolong anak agar memiliki keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah. Disini peranan tenaga pendidik merupakan
sumber bagi anak dan diharapkan menjadi model yang memiliki rasa ingin tahu
yang sama dan kesenangan dalam mengeksplorasi lingkungan.
Sebagai seorang ilmuan cilik anak usia dini akan
melakukan pengamatan terhadap segala hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu,
memiliki ide-ide baru, menyelidiki, menganalisa dan mengevaluasi obyek yang
ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk mengetahui tentang alam semesta perlu
dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data. Apakah
yang perlu dilakukan tenaga pendidik ketika mengajarkan sains pada anak? Apakah
menghafalkan fakta-fakta, prinsip-prinsip dan konsep-konsep? Kita mengajarkan
tentang sains atau bagaimana melakukan sains? Tentunya kita akan mengajak anak
untuk mengeksplorasi lebih dahulu, melatih mereka untuk bertanya dan
mengemukakan alasan sampai akhirnya mereka dapat menemukan jawaban-jawaban
melalui kegiatan langsung setelah melakukan percobaan dan juga melalui kegiatan
mental.
Tenaga pendidik perlu mengajak anak untuk melakukan
proses mengamati dan menduga. Kedua-duanya sangat berkaitan, namun memiliki
perbedaan yang prinsip. Mengamati merupakan proses penggunaan semua indera anak
untuk mengumpulkan data tentang sesuatu obyek atau fenomena. Mengamati
merupakan suatu proses yang aktif, bukan sekedar pasif melihat sesuatu yang
sedang terjadi. Mengamati merupakan keterampilan dasar yang di dalamnya
mengandung unsur-unsur menduga (inferring),
mengukur (measuring), dan
mengkomunikasikan (communicating).
Menduga merupakan mengumpulkan pendapat atau perkiraan berdasarkan bukti-bukti.
Dugaan akan mengembangkan hipotesa, mengintepretasikan data dan
mengidentifikasi pola-pola, hal-hal umum yang mungkin terjadi, dan
kecenderungan tertentu. Dari pola,
generalisasi dan kecenderungan tersebut anak usia dini akan memaknai dunia.
D.
Prinsip-prinsip dasar pengembagan sainspada anak
prasekolah
Sains
pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati.
Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengem-bangkan kemampuan
bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini
dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari
model-model pembelajaran sains yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan
mutu pendidikan sains.
Hal
ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan
deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang
pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan
teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar
sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui
kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi,
memecahkan masalah, dan sebagainya.
Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan
sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta
aplikasinya. Bahan
kajian kerja ilmiah adalah :
v Mampu
menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian,
v Mampu
mengkomunikasikan pengetahuannya,
v Mampu
mengembangkan keterampilan berpikir,
v Mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.
Selanjutnya,
bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya
adalah:
·
Memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang makhluk hidup dan proses
kehidupan;
·
Memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya;
·
Memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan perubahannya;
·
Memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam semesta; serta
·
Memiliki
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran sains, diantaranya adalah keterampilan mengamati dengan seluruh
indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan
selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan, menafsirkan, mengkomunikasikan, hasil temuan secara beragam,
menggali dan memilah informasi faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan
masalah sehari-hari.
Prinsipnya pembelajaran sains, yaitu cara memberi tahu
dan cara berbuat, akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat
perhatian dalam interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber
lainnya.
E.
Pengembangan daya pikir dan kreatifitas
melalui sains
Dunia
anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak akan belajar berbagai hal yang
terjadi di sekitarnya. Bagi anak-anak bermain sangat menyenangkan karena dengan
kegiatan hal ini, anak dapat mengekpesikan berbagai perasaan maupun ide-ide
yang yang sedang di pikirkanya. Mereka juga dapat menjelajah ke dunia
imajinasiatau khayalan sehinga tanpa di sadari mereka telah mengebangkan daya
kreatifitas,day cipta, dan juga daya kemampuan berpikir. Selain itu,anak juga
memuaskan rasa pengen tahunya pada berbagi benda di hadapanya.
Sains
merupakan cabang ilmu pengetahuan bertujuan mempelajari dan memahami kejadian
atau fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar. Memperkenalkan konsep
sains pada anak di lakukan dengan konsep bermain. Di dalam konsep bermain anak
di ajak untuk bereksperimen. Ketiak anak menguji sesuatu yang memancing rasa
peengen tahunya, sebenarnya dia telah berlatih berpikir kritis. Demgan demikian
melatih kemampuan berfikir baik kemampuan berpikir kritis mampu kreatif dan
mampu mempelajari berbagai konsep sederhana.
Anda
orang tua yang peduli dengan kecerdasan anak?. Agar anak cerdas dan pandai,
stimulasi (rangsangan) dan peran aktif orang tua akan sangat berpengaruh dalam
melatih daya ingat anak.
Bagaimana
meningkatkan dan melatihnya?
1. Lakukan
kontak mata dalam setiap memberi informasi pada anak. Kontak pandangan mata
memberi arti sebuah keseriusan. Saat anda bicara dengan memandang mata lawan
bicara anda, maka makna pembicaraan anda lebih meyakinkan. Hal itu juga
menunjukkan bahwa anda benar-benar peduli pada anak.
2. Libatkan
anak secara aktif dengan ikut serta menyanyi, mengucapkan, memperagaan,
melakukan langsung, dll. Karena, pada dasarnya sebuah informasi/ ilmu akan
lebih terkesan dan tidak mudah hilang dengan mengucapkan, memahami dan
melakukan atau mempraktekkan.
3. Sisipkan
nama anak agar anak lebih konsentrasi dalam mengingat informasi baru. Hal ini
dapat dilakukan dengan metode cerita atau mengobrol dan tidak terkesan
menggurui.
4. Beri
rangsangan agar anak dapat mengingat dengan cepat. Rangsangan ini dengan
mengingatkan anak pada sesuatu yang berkesan ketika anak di ajari. Hal inilah
yang sebenarnya menjadi alasan agar anak tidak terlalu di-proteksi dan tidak
terlalu di batasi untuk berkreasi dan berekspresi. Karena anak masih dalam
pencarian kebenaran. Anak akan lebih terkesan dan tidak mudah lupa jika ia
merasakan panasnya api obat nyamuk baker dengan memegangnya langsung, daripada
hanya sekedar di larang memegang.
5. Ciptakan
suasana santai dan rileks saat mengajarkan sesuatu. Jika anda santai, maka anak
akan merasa nyaman. Anak tidak merasa di paksa dan di gurui. Karena pada
dasarnya dunia anak masih dunia bermain.
F.
Stategi dan metodologi pengembangan
sains
Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni
dengan dua cara: pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan
yang tersendiri dan terbuka bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke
dalam semua bidang pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir,
merancang dan instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak
Kanak.
Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam
bidang pengembangan sains di Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja
guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus memperhatikan tipologi dan gaya karya
seni rupa anak, secara umum anak juga mengalami periodisasi atau masa
perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa pada masa peka itulah anak-anak
mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan
Viktor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan
menggambar. Menurut Lowenfeld periodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:
Masa goresan (sekitar usia 2-4 tahun)
Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)
Masa bagan (sekitar usia 7-9 tahun)
Masa permulaan realisme (sekitar usia 9-11 tahun)
Masa realisme semu (sekitar umur 11-13 tahun)
Anak usia TK adalah termasuk masa prabagan.
Masa ini goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih
bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi
wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu,
misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia
yang sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam
lingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini
anak sudah dapat mewujudkan objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri
tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya.
Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk
memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa
menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan
perkembangan menggambar prabagan.
Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang
lain, di mana anak mulai dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk
tertentu.
Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa
untuk anak TK B, harus memperhatikan periodisasi perkembangan kognitif dan
periode perkembangan seni rupa bagi anak. Di mana anak dalam periode praoperasional
dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari sisi perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran sains
melalui seni mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan dan
mengacu pada tema-tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala
sekolah dalam rangka memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak.
G.
Mengembangkan tema/
materi sains
Kaitannya
dengan program program pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan
menjadi tiga sustansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang
menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program
yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Pertama,
sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan.
Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal
dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua,
sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum
dan teori (Carin dan Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu
sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai
keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan
khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap
tersebut adalah rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin,
tekun, juju, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).
Dari
uraian diatas akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya
berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung
nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta
dimiliki oleh setiap individu di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya
nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat
diberikan sejak usia anak masih dini.
H.
Menyusun alat dan media pembelajaran
dengan bermain dan bernyanyi
Sumber
belajar adalah bahan termasuk juga alat memberikan informasi maupun ketrampilankepada siswa maupun guru
untuk mendapat pengetahuan dan memperkaya pengetahuan yang dapat berbentuk buku
refrensi, buku cerita alat media,alat masak,alat pertukangan.
Sumber
belajar dapat di artikan pula sebagai sejumlah mediayang dapat berupa
benda-benda budaya,alat peraga. Sumber belajar di tata sedemikian rupa dalam
ruang kelas dan di kelompokan dengan sistem area yang merupakan sumber belajar
di taman kanak-kanak. Ada area agama,area masak,area IPA penggunaan sumber
beljar di sesuakan tingkat kebutuhan ana. Karena anak usia taman
kanak-kanakmasih dalam pengembagan maka sumber belajaryang di butuhkan adalah
yang dapatmengembagakan perkembagan kognitif.
Alat
peraga yaitu alat bantu untuk pelengkapdalam mengajaragar mengajar lebih
efektif ( Naution,2004:98). Alat peraga
dapat berupa benda atau prilakuyang dapat di gunakan sebagai penghubung atau
untuk menjelaskan pengertian abstrak,antara teori dan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaan ala peraga bukan di maksudkan untuk mengganti guru
dalam mengajar atau membantu para siswa ddalam memahami konsep dan mempelajari
esuatu sehingga siswa mengalami keberhasialan dalam belajar.
I.
Memanfaatkan lingkungan, serta
implikasinya dalam merancang
persiapan
Belajar,bermain,danbernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan
bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini
diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas
memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar
dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat
inderanya.
J.
Melaksanakan pembelajaran
sains
Kurikulum
berbasis kopetensi kanak-kanak pendekatan pembelajaran pada pembelajaran pada
anak-anaktemasuk pelajaran sains di lakukan pada pedoman yang ada program
kegiatan yang telah disusun,sehingga pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada
pada anak dapat di kembangkan dengan sebaik-baikya dan obtimal.
Ilmu
pengetahuan alam (sains) pada hakikatnya dapat di tanamkan pada usia dini,
selain itu pemahaman anak mengenai sains akan akan lebih berfungsi,jika di
kembagkan dengan seksama melaluai kegiatan pembejaran di taman kanak-kanak.
Pendekatan
pembelajaran sains pada anak taman kanak- kanak hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsipyang beroritas pada kebutuhan anak dengan memperhatikan
kebutuhan sebagai berikut:
·
Beriroentasi pada kebutuhan dan pengembagan
anak
Salah
satu kebutuhan pengembagan anak adalah rasa aman.oleh karena itu jika kebutuhan
fisik anak terpenuhi dan merasa aman secar psikologis, maka anak akan belajar
dengan baik.di samping itu jaga di perhatikan bahwa siklus belajar anak di
taman kanak-kanak adalah berulang dengan memerhatikan perbedaan individu. Minat
yang tumbuh akan menimbulkan memotivasi belarnya, sedangkan anak akan belajar
melalui interaksi social dengan orang dewasa dan anak-anak yang lainya. Dengan
demikian berbagai jenis.
·
Bermain sambil belajar
Bermain
merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak-anak di taman
kanak-kanak. Untuk itu dalam memberka
pendidikan pada anak di taman kanak-kanak di lakukan dengan situasi yang
menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan
dalam mengikuti pembelajaran.selain menyenangkan, metode, materi dan
media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak
akan termotivasi untuk belajar, melalui kegiatan bermain anak diajak untuk
berekplorasi, menemukan dan menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus
dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak anak menemukan konsep dengan
suasana yg menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu dalam
suasana bermain yg menyenangkan.
K.
Evaluasi proses dan hasil belajar sains
Pengembagan
formatif dalam program dalam pengembagan kognitif menggunakan proses
penyelesaian suptansi. Kegiatan evaluasi merupakan suatu esempatan untuk
merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar anak yang dicapai oleh
anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat dari sisi impliksi dan konsekuensi yang
lebih jauh, maka tujuan penelitian tersebut dimaksutkan untuk merencanakan
kurikulum pengembangan anak,
Dengan
demikian kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta
langkah-langkah tindak lanjutnya dapat diketahui secara baik dan
sistemik mulia serangkaian kegiatan evaluasi yang
dilaksanakanTerdapat beberapa jenis dan cara melakukan evaluasi pebelajaran
sains pada anak usia dini,diantaranya dimulai:
1. Observasi
atau Pengamatan
Observasi
adalah cara mengumpulkan data penilaian yang pengisianya berdasarkan
pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar data
perkembangan anak selama
mengikuti program sains dapat diperoleh secara rinci atau akurat,
serta tidak ada ada bagian yang terlewatkan maka sebaliknya guru
menggunakan pedoman observisi yang tepat
2. Catatan
Anekdot
Catatan
Anekdot atau “anecdotal record“ adalah kumpulan catatan tentang sikap
dan perilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Kedua
perilaku tersebut apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains,
harus dicatatat oleh guru. Hal itu akan sangat berguna bagi pembinaan
anak, dan penentuan keputusan serta layanan khusus lainnya.
3. Percakapan
Atau “interview”
Percakapan
adalah metode penilaian yang dilkukan melalui bercakap-cakap atau wawancar
antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan
sangat berguna untuk menggali secara langsung tentang apa yang sedang
dirasakan, dipikirkn dan diinginkan anak. Dari percakapan kita akan dapat
memperoleh gambaran tentang minat, motivasi,
dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam program sains. Pada saat melakukan percakapan
sebaiknya guru selalu memegang daftar cek perkembngan anak, sehingga segala
hasilnya terdokumentasikan.
4. Pemberian
Tugas
Pemberian
tugas dalah suatu metode penilaian dimana guru dapat memberikannya setelah
melihat hasil kerja anak. Pemberian tugas dalam kegitan sains berpasangan maupun
individul sehingg hasil pemberian tugas dapat berupa satu karya kelompok,
sepasang atau seorang anak. Yang terpenting dalam pemberian tugas pada
aktifitas sains
yang harus dinilai bukan hanya hasilnya, guru juga harus menilai bagaimana
proses sains dilaksanakan oleh setip anak.
Dari
sejumlah cara evaluasi sains yang dapat dilakukan guru diatas, akan menjadi semakin
bermakna dan fungsional bagi guru/tutor apabila dalam pelaksanaannya memperhatikan
beberapa fungsi berikut ini :
a.
Evaluasi
dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak
bukan
pada prestasi. Jadi evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan
secara formal dengan anak lainnya, karena memang setiap anak adalah
berbeda (every child is defferent ),
b.
Kegiatan
evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam
kegiatan. Disanalah saat yang tepat anda mengetahui apa yang dilakukan,
apa yang diselesaikan, apa yang dipikirkan bahkan termasuk apa yang dihayalkan
anak terkait dengan kegiatan sains yang dilaksanakannya.
c.
Lakukan
evaluasi dengan cara alamiah atau naturlistik, sehingga meskipun Guru/Tutor
melakukan evaluasi pada saat anak tidak merasa terganggu. Tidak perlu
Guru/Tutor mengumumkan pada anak bahwa guru/tutor akan sedang melakukan
kegiatan, kesadaran itu hanya ada pada guru/tutor yang sedang menilai
saja.
d.
Lakukanlah
penandaan, pencatatan dan reportase secara segera terhadap segala perilaku yang
muncul pada anak pada saat mengikuti kegiatan sains. Guru yang memahami
arti penting evaluasi pada anak usia dini, akan selalu menyelipkan beberapa
lembar kertas disakunya serta sebuh alat tulis yang dapat digunakan
setiap saat diperlukan.
Dengan
demikian perilaku penting yang terjadi pada anak dapat segera dicatat dan
tidak terlewatkan untuk didokumentasikan. Ingatlah karaktristik anak
usia dini yang spontan, mudah beralih, dan dinamis; sehingga
kesempatan berperilaku kadang-kadang sekali saja
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi
mengukur dan menilai dalam pembelajaran di Taman Kanak – Kanak sangat
berhubungan guru bertanggung jawab dalam menilai dan mengukur anak didiknya.apa
bila ada kekurangan dalam anak didiknya guru mengevaluasi agar anak tersebut
dapat maju pesat seperti anak yang lain.pembelajaran yang di suguhkan harus sesuai
dengan kurikulum yang berlaku .karakteristik anak juga harus di mengerti oleh
pendidik .karakteristik dalam pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan
dengan belajar, bermain dan bernyanyi.pembelajarannya berorientasi pada
perkembangan anak didiknya.
Secara
substansial pembelajaran sains dapat dipandang sebagai suatu hasil /produk,
proses dan sikap. Adapun tujuan mendasar dari pendidikan sains yaitu untuk
mengembangkan individu anak usia dini agar melek teradap ruang lingkup sains
itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek fundamentalnya
dalam kehidupan sehari-hari. Jida fokus program pengembang pembelajaran
sains pada anak usia dini terhadap dunia dimana mereka hidup atau
bertempat tinggal.
Ruang
lingkup pembelajaran sains pada anak usia dini dapat dilihat dari isi
bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat
raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika
dan kimia; pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi
yang semestinya dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan
terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan
sikap-sikap sains (jiwa ilmuwan).
Langkah-langkah
pembelajaran sains diawali dengan: 1) perumusan tujuan, 2 ) penentuan material,
3) setting lingkungan, 4) pengembangan kegiatan, 5) pemberian penghargaan, dan
6) tindakan pengayaan .
Langkah
tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa pendekatan pengembangan
program pembelajaran sains pada anak usia dini, 1) pendekatan yang bersifat
situasional , 2) pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri, dan 3)
pendekatan yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain.
Ketercapaian
pembelajaran sains pada anak usia dini akan dapat berjalan dengan baik,
manakala pembelajaran sains tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh. Evaluasi hasil pembelajaran sains diarahkan untuk penelusuran
dan penentuan tingkat tingkat keberhasilan pembelajaran sains, sehingga
diketahui upaya-upaya
selanjutnya. Baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun
pengembanganselanjutnya.
B.
SARAN
Demikian makalah yang saya susun, mungkin bayak sekali
kekurangan, maka dengn kritikdan saranyang dapat membagun maotivasi untuk
memperbaiki makalah menjadi lebih baik. Amin